Pernikahan Adat Betawi Adalah

Pernikahan Adat Betawi Adalah

Ngedelengin mengawali proses pernikahan adat Betawi

Dalam tata cara pernikahan adat pernikahan Betawi dimulai dengan ngedelengin. Ini adalah proses masa mencari pasangan dan perkenalan, jika sudah bertemu dengan perempuan yang cocok maka akan meminta Mak Comblang untuk datang ke calon mempelai wanita.

Mak comblang akan menjadi juru bicara dan biasanya dilakukan oleh encang (paman) dan encing (bibi) dari masing-masing keluarga. Mak comblang akan membicarakan banyak hal selama proses pernikahan adat Betawi dengan calon keluarga besan, mulai dari ngelamar sampai akhir prosesi nikahan.

Bila pihak perempuan cocok, maka mak comblang memberi uang sembe atau angpau. Kemudian pihak perempuan akan menggantungkan ikan bandeng di depan rumah yang menandakan pada semua orang bahwa anak gadis di rumah tersebut sudah ada yang menyukai.

Ini adalah proses resmi meminta calon perempuan ke rumahnya diwakili oleh mak comblang beserta beberapa orang sebagai saksi untuk memperkuat keputusan. Mak comblang yang akan menjadi garda depan dalam membicarakan banyak hal pada prosesi pernikahan adat Betawi.

Mulai runutan tanggal acara, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita), barang yang dibawa hingga resepsi harus bagaimana, termasuk tetek bengek barang seserahan.

Artikel Terkait : 8 Momen Lamaran Bintang Emon dan Kekasih, Penuh Haru

Bila pihak perempuan menyambut baik, biasanya akan disebutkan apa saja yang diminta kepada calon pengantin laki-laki. Saat acara ngelamar ini, ada beberapa barang yang harus dibawa dan tidak boleh ketinggalan.

Tande Putus artinya baik perempuan atau laki-laki sudah terikat dan tidak boleh diganggu orang lain lagi yang dilakukan satu minggu setelah acara ngelamar. Mak comblang sebagai utusan keluarga laki-laki akan membawa tande putus untuk mengikat kedua calon mempelai.

Sebagai simbolis, saat tande putus diberikan cincin belah rotan, uang pesalin (uang seserahan) dan aneka rupa kue. Bila pembicaraan tentang detail pernikahan belum dibicarakan saat ngelamar, mak comblang akan mendiskusikannya di acara ini. Jadi kepastian penentuan tanggal menikah, mas kawin atau cingkrem. kekudang dan hal-hal lain untuk pernikahan bisa diputuskan di sini.

Bila pihak perempuan mengatakan “None kite minta mate bandeng seperangkat” artinya mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Tapi bila mengatakan “None kite minta mate kembung seperangkat”, maka artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.

Ini artinya adalah masa dimana pihak perempuan dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan untuk menghadapi pernikahan. Jadi mulai kegiatan, kesehatan hingga kecantikan calon manten akan dijaga sehingga saat hari pernikahan lancar.

Biasanya akan dilakukan banyak perawatan fisik dan ada program diet agar tubuh ideal. Calon mempelai perempuan akan minum jamu godok dan jamu air akar secang. Diharapkan dengan adanya masa dipiare, mempelai perempuan akan lebih siap, cantik, sehat dan bahagia.

Dulu masa piare ini ada istilah pingitan di mana calon mempelai perempuan tidak boleh keluar rumah. Namun sekarang karena sudah banyak wanita pekerja hal itu pasti susah dilakukan, jadi biasanya masa dipiare ini dilakukan 2-3 hari sebelum hari pernikahan.

Palang Pintu dan Di Puade (Setelah Akad Nikah)

Setelah melakukan akad nikah, selanjutnya prosesi buka palang pintu yang merupakan perjuangan calon mempelai laki-laki menghadapi utusan mempelai perempuan. Dalam prosesi ini akan ada acara simbolik dengan atraksi silat dan pantun.

Terakhir ada prosesi di puade. Ritual ini dilaksanakan dimana kedua mempelai harus duduk di tukang rias membuka roban tipis yang menutupi mempelai wanita. Mempelai pria memberi sirih dare lalu kemudian dilanjutkan dengan prosesi sembah dan cium mempelai wanita kepada mempelai pria. Setelah itu, kedua mempelai bersimpuh pada kedua orang tua dan ditutup dengan suapan nasi kuning sebagai tanda orang tua telah melepas putrinya.

Masyarakat Betawi memiliki banyak keunikan budaya, salah satunya bisa terlihat dalam ritual pernikahan adat Betawi yang masih sangat dijaga dan dilestarikan sampai saat ini. Ternyata ada banyak makna filosofis di setiap urutan tata cara ritual dalam adat pernikahan khas Betawi.

Berikut urutan lengkap prosesi pernikahan adat Betawi yang sarat makna!

Ngerudat (Mengiringi/Ngarak Calon Pengantin Pria)

Hari pernikahan pun tiba. Prosesi ritual pernikahan adat Betawi akan diawali dengan melakukan rudat yaitu iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita untuk melaksanakan pernikahan. Biasanya nanti ada petasan sebagai pertanda rombongan laki-laki akan segera tiba dan pihak perempuan akan menyembunyikan petasan juga yang berarti sudah siap menyambutnya.

Urutan Prosesi Pernikahan Adat Betawi

Resepsi pernikahan adat Betawi

Resepsi pernikahan seperti acara syukuran pernikahan yang sering Parents lihat. Ada banyak undangan yang hadir dari kedua belah pihak untuk menyaksikan kebahagiaan kedua pengantin.

Bedanya saat masuk ke dalam pelaminan, pengantin wanita didampingi kedua orang tua yang diiringi oleh dua gadis kecil di depannya. Lagu yang dilantunkan selama iringan pengantin adalah lagu Sirih Kuning.

Setelah tiga hari di rumah mempelai perempuan, maka keluarga pihak laki-laki akan menjemput keduanya dengan membawa makanan dan buah-buahan sebagai rasa syukur pernikahan. Setelah itu pasangan suami istri ini bisa tinggal di rumah yang sudah disepakati.

Wah, panjang urutannya ya Parents! Yang pasti semua prosesi yang dijalankan penuh doa dan banyak makna filosofinya, dengan tujuan agar pernikahan kedua mempelai langgeng hingga akhir hayat. Kalau Parents dulu pakai prosesi adat pernikahan apa?

8 Prosesi Pernikahan Adat Lampung, Sakral dan Kaya Arti

Seperti Ini Tahapan Pernikahan Adat Palembang, Ada yang Sudah Tidak Dilakukan Lagi

12 Prosesi Pernikahan Adat Batak, Terkenal Mahal dan Kaya Makna

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

Pernikahan adat Betawi menjadi salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini. Apa saja rangkaian pernikahan adat Betawi? Yuk! Mengenal prosesi pernikahan adat Betawi

Setiap daerah di Indonesia memiliki adat pernikahan yang berbeda-beda. Salah satunya pernikahan adat Betawi yang unik dan penuh warna.

Prosesi pernikahan adat Betawi bersifat sakral dan filosofinya yang penuh makna. Tak hanya itu, lantunan musik dan prosesi lainnya membuat pernikahan adat Betawi menjadi hiburan tersendiri bagi tamu undangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernikahan adat Betawi yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya memang cukup populer di Tanah Air. Beberapa selebriti yang menikah dengan adat Betawi di antaranya adalah Intan Nuraini, Chua Kotak, Angga Putra, dan Bintang Emon.

Kamu ingin menikah adat Betawi dan masih bingung prosesinya, atau ingin tahu lebih dalam tentang pernikahan adat Betawi? Yuk! Mengenal lebih dalam tentang pernikahan adat Betawi.

Palang pintu pernikahan adat Betawi

Sebelum masuk ke rumah calon pengantin perempuan, ada tradisi Palang Pintu yang harus dilalui oleh pihak calon pengantin laki-laki. Dimana palang pintu tersebut dijaga oleh jawara dari tuan raje mude (pengantin laki-laki) dengan jawara dari none mantu (pengantin perempuan).

Sebelum uji ketangkasan, mereka akan berbalas pantun yang berisi nasehat dalam berumah tangga. Jagoan pengantin pria harus bisa mengalahkan jagoan pengantin perempuan. Setelah selesai maka akan ada pembacaan sike shalawat kepada Nabi Muhammad.

Ritual ini bertujuan untuk menguji seberapa tangkas pengantin laki-laki bisa melindungi dan menjadi pemimpin agama bagi rumah tangganya.

Artikel Terkait : Palang Pintu, Tradisi Adat Pernikahan Suku Betawi yang Sarat Makna

Dilaksanakan pada hari Jumat setelah solat Jumat di kediaman calon pengantin wanita. Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin perempuan mohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan dengan menunggu di dalam kamar.

Yang menikahkan biasanya ayah mempelai perempuan atau bisa mewakilkannya pada penghulu. Prosesi akad nikah sama dengan akad nikah kebanyakan.

Ini adalah proses di mana ketika pengantin duduk di puade dan dinyatakan sah sebagai suami istri. Pertama pengantin laki-laki akan akan memberikan sirih dare yang diselipkan uang sembe kepada mempelai perempuan sebagai lambang cinta kasih.

Lalu pengantin laki-laki membuka cadar atau roban tipis pengantin perempuan. Kemudian dilanjutkan dengan acara sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria, lalu kedua mempelai menyembah kepada kedua pihak orang tua. Setelah itu orang tua akan memberi suapan nasi kuning sebagai suapan terakhir orang tua kepada putra putrinya.

Sehari setelah akad nikah, mempelai laki-laki menginap di mempelai perempuan tapi tidak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri.

Istri akan mempersiapkan makan, minum dan menyiapkan peralatan mandi seperti biasa. Dan untuk membalas kebaikan istri yang sudah melayani, suami memberi uang tegor yang diselipkan di bawah taplak meja.

Siraman sehari sebelum akad pernikahan adat Betawi

Acara siraman dengan memandikan calon mempelai yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Tujuannya agar tubuhnya harum dan mengurangi keringat calon mempelai di hari pernikahan besok. Sebelum siraman biasanya dilakukan pengajian untuk mendoakan kelancaran acara.

Biasanya air siraman menggunakan kembang setaman ditambah dengan ramuan daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.

Ini adalah proses upacara mandi uap untuk membersihkan sisa-sisa lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Sehingga bisa menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.

Berikut adalah prosesi pernikahan adat Betawi sebelum menjelang akad hingga resepsi:

Siraman dalam adat Betawi biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Makna dari prosesi ini adalah membersihkan diri agar tubuh calon mempelai wanita atau none mantu harum. Air siraman berisi kembang setaman yang dicampur dengan daun jeruk purut, pandan, akar wangi, daun mangkokan, dan sereh.

Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap). Tujuannya adalah untuk membersihkan bekas-bekas perawatan lulur yang masih tertinggal di pori-pori dan menghaluskan kulit.

Ngerik dan potong centung merupakan proses membersihkan bulu-bulu yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk, dan leher calon pengantin wanita. Prosesi ini biasanya berlangsung di dalam kamar none mantu.

Perlengkapan yang harus disediakan adalah kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya. Alu dibuat seperti centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.

Malam pacar adalah rangkaian prosesi pernikahan adat Betawi yang dilaksanakan cukup meriah, karena dihadiri kerabat dan teman-teman calon mempelai perempuan. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.

Ritual pemberian pacar dipandu oleh tukang piare, dimulai oleh ibu calon mempelai wanita, dilanjutkan oleh para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.

Merupakan prosesi pernikahan adat Betawi yang dilaksanakan saat akad. Kegiatannya berupa iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita. Keberangkatan rombongan ini disebut rudat, artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.

Prosesi ini berlangsung ramai dan meriah karena rombongan calon pengantin pria membunyikan petasan pertanda akan segera tiba. Setelah itu, pihak calon pengantin perempuan akan menyambutnya dan membalas dengan membunyikan petasan juga.

Pada tradisi pernikahan adat Betawi, sebelum memasuki rumah calon pengantin perempuan ada prosesi Palang Pintu yang harus dilakukan. Ada jawara dari tuan raje mude (pengantin laki-laki) dan jawara dari none mantu (pengantin perempuan). Mereka akan berbalas pantun yang berisi nasehat dalam berumah tangga. Setelah itu ada uji ketangkasan.

Jawara pengantin pria harus bisa mengalahkan jawara pengantin perempuan. Setelah selesai maka akan ada pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad. Ritual Palang Pintu dalam prosesi pernikahan adat Betawi bertujuan untuk menguji seberapa tangkas pengantin laki-laki bisa melindungi dan menjadi pemimpin agama bagi rumah tangganya.

Tak banyak berbeda dengan prosesi pernikahan adat lainnya, akad Nikah adat Betawi juga berlangsung sakral. Calon pengantin perempuan memohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Setelah itu prosesi ijab kabul berlangsung antara calon pengantin pria, dan ayah mempelai wanita, yang dihadiri saksi serta penghulu.

Setelah pernikahan dinyatakan sah, pengantin pria akan memberikan sirih dare yang diselipkan uang sembe kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Pengantin laki-laki membuka roban tipis pengantin perempuan, dilanjutkan dengan sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria. Kedua pengantin kemudia duduk di puade.

Pengantin laki-laki menginap di rumah mempelai wanita, tapi tak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri. Istri akan mempersiapkan makan, minum dan menyiapkan peralatan mandi seperti biasa. Suami kemudian memberi uang tegor yang diselipkan di bawah taplak meja untuk membalas kebaikan istri yang sudah melayaninya.

Ini adalah akhir dari prosesi pernikahan adat Betawi. Keluarga pihak pria akan menjemput pengantin dengan membawa makanan dan buah-buahan sebagai rasa syukur pernikahan. Setelah itu pasangan suami istri ini bisa tinggal di rumah yang sudah disepakati.

Demikianlah urutan prosesi pernikahan adat Betawi yang penuh filosofi dan makna. Rangkaian prosesinya masih dilestarikan oleh masyarakat dengan penuh keramaian dan kemeriahan.

Upacara pernikahan di Indonesia sangat beragam, mulai dari tradisi Jawa, Aceh, Padang hingga pernikahan adat Betawi.

Adat Betawi identik dengan pernikahan bagi calon pengantin yang dimeriahkan dengan 'lempar pantun'.

Nah untuk mengenal lebih dalam, yuk cari tahu prosesi pernikahan adat Betawi berikut ini.

Ngerik dan Potong Centung

Setelah mandi uap, akan dilakaukan ngetik dan potong centung. Ini proses membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin perempuan yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher.

alu dibuat seperti centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan. Biasanya berlangsung di dalam kamar calon pengantin perempuan.

Beberapa perlengkapan yang harus disediakan adalah kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.

Malam ini sangat meriah karena ada banyak kerabat dan keluarga yang hadir. Ritual ini merupakan prosesi pernikahan adat Betawi dengan memerahkan kuku kaki dan kuku tangan mempelai dengan pacar.

Ritual pemakaian pacar dipandu oleh tukang piare dan dimulai dari ibu calon mempelai wanita, lalu para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.

Perlengkapan ritual malam pacar yang diperlukan adalah daun pacar secukupnya, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam, kapur sirih, bumbu sirih; kue basah khas Betawi secukupnya, serta bantal diberi alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan.